Kalo lo
percaya adanya Tuhan yang Maha Esa yaitu Allah SWT, lo akan mengambil hikmah
atau merenungkan hikmah dari setiap detik perjalanan hidup lo, dengan
memaknainya sebagai pelajaran yang diberikan oleh Allah SWT, agar hidupmu
menjadi lebih baik.
Gue adalah
orang yang selalu berusaha berfikir tentang setiap kejadian yang pernah gue
alami, berusaha menarik hikmah pelajaran dari setiap pengalaman, sehingga
kemudian gue bisa besyukur dengan itu, gue bisa belajar dengan itu, gue bisa
lebih mengenal Kebesaran sang Maha Semesta yang telah mengatur setiap detik
perjalanan gue dan kalian semua, Dia-lah Allah, Tuhan yang Maha Tahu Segalanya.
Coba deh,
baca postingan-postingan gue sebelumnya. Ambil contoh postingan di bulan
Agustus kemaren : “Planning yang Harus Diteruskan”.
Disitu gue sangat introspeksi tentang perjalanan setiap episode kejadian dalam
hidup gue selama dua tahun terakhir. Dari introspeksi tersebut gue menyadari
bahwa semuanya serba terencana, serba ada yang mengatur, jika benar-benar gue
renungkan secara mendalam. Bahwa setiap episode dalam hidup gue akan
berhubungan dengan episode hidup gue hari ini, dan episode hari ini akan
berhubungan dengan episode hidup gue selanjutnya. Begitu kira-kira. Kalo kata
K.H. Yusuf Mansur tuh, hukum sabab musabab (sebab-akibat) pasti akan berlaku.
Gini deh
mungkin simpelnya, kalo lo mau tau masa depan lo lihat aja masa sekarang lo.
Jadi kalo sekarang hidup lo kurang dimaknai, kurang bersyukur, malas-malasan,
maka pun masa depan sudah lo ketahui, yaitu : pengangguran, penyakitan, penuh
dengan mengeluh!
Tetapi coba
kalo lo berlaku sebaliknya. Hari ini, lo mulai bersyukur, mulai rajin, mulai
banyak belajar. Yakin, yakin pasti, lo akan jadi orang yang berguna, sukses,
berhasil dengan apa yang lo inginkan.
Maap kalo
jadi kemana-mana. Let’s focus!
Alkisah
Mamah gue punya Kakak perempuan, sekarang anaknya empat. Pasti kan kebutuhannya
banyak banget tuh. Dan ditengah-tengah kebutuhan yang banyak tersebut, suaminya
Kakak Mamah gue itu, kerjaannya itu-itu aja, dengan penghasilan yang
segitu-gitu juga. Teori ekonominya : Pengeluaran > (baca: lebih besar dari)
Pemasukan. Jadinya kesejahteraan menurun, kualitas kehidupan jadi rendah.
Alhamdulillah
rumah mereka rendengan (nyambung) dengan rumah Mamah gue. Akibatnya, Mamah jadi
ikut-ikutan membantu mereka. Kalo kata Mamah sih “ada rezeki mereka dari setiap
rezeki Mamah!”.
Yang
menjadi perenungan gue dalam tulisan ini, adalah kejadi kemaren. Rabu, 12
September 2012.
Kakak Mamah
gue ini sakit, udah dari hari Senin, tapi baru kemaren sore minta dibawa ke
Puskesmas. Gue pun mengantarkannya. Ternyata di Puskesmas, beliau ditolak,
dirujuk agar dibawa ke Rumah Sakit Umum.
Tau sendiri
kalo udah bicara Rumah Sakit yang pertama dipikirin adalah biayanya. Sudah
barang tentu yang akan dimintai bantuannya adalah Mamah gue, karena Mamah gue
adiknya yang terdekat dan dianggap mampu.
Keluarga,
sodara-sodara Mamah pun berunding untuk membawa Kakaknya ini ke Rumah Sakit
Umum. Dari situ gue melihat, walaupun Mamah gue bukan anak pertama, bukan
laki-laki pula (walopun diatasnya masih ada kakaknya yang laki-laki) beliau
selalu menjadi tumpuan sebagian sodara-sodaranya. Mamah gue selalu ikhlas dalam
membantu. Dan itulah yang selalu beliau tanamkan dalam diri gue secara tidak
langsung.
Akhirnya
Mamah gue yang mengurus ke Rumah Sakit. Disela-sela bicara Mamah berpesan ke
gue :
“Gris, lihat. Mamah yang selalu jadi tumpuan
sodara-sodara Mamah.”
Jleb.
Walaupun
Cuma satu baris kalimat, itu telah cukup menyadarkan gue, kalo sebenarnya di
pundak Mamah gue bukan Cuma gue tanggungannya (walaupun gue anaknya
satu-satunya). Di pundak Mamah, masih banyak sodara-sodaranya yang masih harus
dibantunya.
Gue
langsung menarik pengalaman-pengalaman durhaka gue kepada Mamah.
Dulu,
sewaktu gue SMA, sering gue meminta dibelikan hal-hal yang tidak perlu atau
mengkorupsi uang beli buku untuk maen-maen. Dulu, sewaktu lulus SMA, gue minta
dikuliahkan di Universitas, apa gitu yang butuh biaya mahal. Gak usah kerja
dulu, kuliah dulu aja. Tetapi Mamah, kadang menolak kemauan gue. Sering gue
berpikir, Mamah pasti mampu memenuhi kebutuhan gue, memenuhi apa yang gue
minta. Tapi kenapa Mamah selalu menolaknya atau menundanya.
Satu baris
kalimat dari Mamah tadi, dalam moment suasana emergency seperti ini. Menjadi sebuah
bahan perenungan buat gue, tentang perjalanan hidup gue bersama Mamah gue. Bahwasanya
kata-kata orang tua itu (terutama Ibu) bak mutiara yang tersembunyi di dasar
laut. Yang kita harus menyadari dalam satu suasana perenungan secara mendalam.
Sampai sini
gue sadar setiap maksud tujuan Mamah buat gue. Betapa saktinya setiap ucapan
Mamah. Contohnya dua tahun lalu, yang sekarang mulai terasa hikmahnya : Mamah
menyuruh gue untuk bekerja sambil kuliah, yang bahkan dulu belum pernah gue
pikirkan. Ternyata sampai detik ini, sudah banyak pelajaran yang gue ambil dari
keputusan Mamah tersebut. Jika saja gue tidak menuruti kata-kata Mamah,
barangkali gue belum belajar tentang bagaimana beratnya kehidupan ini. Barangkali
gue belum menyadari kalo mencari uang itu tidaklah gampang. Barangkali gue
belom tau, kalo kebutuhan rumah tangga itu sangat banyak sekali. Kalo di rumah
itu, harus : bayar listrik, beli aer gallon, beli gas, beli kebutuhan dapur,
dan kebutuhan lainnya yang mungkin saja kalo sekarang gue gak bekerja, gue
belom sadar sampai disitu.
Yah, mungkin
ini perenungan yang sepele memang. Tapi buat gue, gak ada hal yang disepelekan.
Semuanya sudah diatur Tuhan, Allah Yang Maha Kuasa.
Maap lagi
kalo kemana-mana.
Balik ke
cerita kakak Mamah gue tadi.
Ba’da
Maghrib, kami berangkat menggunakan mobil ambulan tetangga kami yang berprofesi
sebagai Mantri menuju Rumah Sakit Umum. Semua berjalan lancar. Sampai disana
kami langsung mendaftar untuk rawat inap.
Sampai sini
gue udah dapet pelajaran lagi bahwasanya : kesehatan itu, uh, mahal bener dah! Jangan
lagi deh disia-siakan itu yang namanya kesehatan. Anugerah yang luar biasa deh
kesehatan itu.
Setelah
kakak Mamah itu masuk ke ruangan, diinfus dan dikasih oksigen, kami semua sudah
mulai tenang. Kami pun berkumpul diselasar rumah sakit, membicarakan apa
penyakitnya itu.. lantas, menurut anggapan Pak Mantri, tetangga yang nganterin
kami itu, “Kakak Mamah ini sudah parah penyakitnya” Katanya. “penyakit itu,
kalo sudah membengkak di dalam tubuh, ya sudah menyebar kemana-mana. Bisa menjadi
komplikasi” kata Pak Mantri melanjutkan. “ dan Kayaknya ini kecolongan, belum kontrol
atau belum minum obat lagi”.
DEG.
Kami semua
kaget. Mudah-mudahan apa yang Pak Mantri bicarakan tidak benar adanya. Walaupun
bagaimana pun (karena kami ini Muslim) kami percaya, Allah Maha Melihat dan
Maha Menyembuhkan. Hanya atas Izin Allah penyakit seseorang bisa dihilangkan. Dan
kami berdoa semoga Allah mengizinkan itu. Amin.
Kakak Mamah
dirawat ditemani oleh anak dan suaminya. Tulisan ini dibuat tadi pagi, selepas
gue ngaji bersama K.H. Yusuf Mansur di Wisata Hati ANTV.
Bukan berarti
gue mengeluhkan, mengiba, atau curhat semata. Tapi disini gue kepengen mengajak
kawan-kawan, untuk sedikit menyadari, bahwasanya tidak ada secuil pun kejadian
tanpa izin Allah, Tuhan yang Maha Esa. Semua runtutan kejadian dalam hidup ini,
akan sangat beruntun, sambung menyambung sehingga kita tahu bahwa sesungguhnya
Allah dekat dengan kita. Mengatur dan Melihat setiap apa yang kita lakukan,
sehingga menjadi pertimbangan bagi-Nya untuk menentukan derajat kita di
hadapan-Nya..
Semoga
Allah SWT mengampuni dosa kita semua.. amiin.
Mohon doanya
ya, agar supaya Kakak Mamah gue cepet sembuh.. entah dari doanya siapa yang
akan dikabulkan. Sekali lagi gue mohon doanya yaaa…..
FYI, maap
gue orangnya emang eling-elingan.. kadang pengen cerita tentang sekolah,
tentang kuliah, tentang teman lama, tentang masa SMA dulu.. kadang juga seperti
sekarang nih, cerita yang agak merenung mellow.. yah namanya juga manusia, anak
muda yang masih labil lagi.. bukan berarti so alim juga.. tetapi, satu hal yang
selalu gue tanamkan dalam diri gue, bahwa gue harus terus berusaha menjadi
orang yang lebih baik..
Semoga Allah
mengampuni dosa kita semua.. amiinn..
2 Komentar:
semoga kakaknya mamah kamu cepet sembuh dan selalu dalam lindungan ALLAH :)
pengalaman kamu selalu membuat saya terkesan. Keep writing ching ^^
Amiin..
Terima Kasih Kakak Rospita Nur Fazriah :)
Posting Komentar
Jadi bagaimana menurutmu tentang Mimpiku?