Pages

Kamis, 13 September 2012

Belajar Mengambil Pelajaran dari Setiap Kejadian




Kalo lo percaya adanya Tuhan yang Maha Esa yaitu Allah SWT, lo akan mengambil hikmah atau merenungkan hikmah dari setiap detik perjalanan hidup lo, dengan memaknainya sebagai pelajaran yang diberikan oleh Allah SWT, agar hidupmu menjadi lebih baik.

Gue adalah orang yang selalu berusaha berfikir tentang setiap kejadian yang pernah gue alami, berusaha menarik hikmah pelajaran dari setiap pengalaman, sehingga kemudian gue bisa besyukur dengan itu, gue bisa belajar dengan itu, gue bisa lebih mengenal Kebesaran sang Maha Semesta yang telah mengatur setiap detik perjalanan gue dan kalian semua, Dia-lah Allah, Tuhan yang Maha Tahu Segalanya.

Coba deh, baca postingan-postingan gue sebelumnya. Ambil contoh postingan di bulan Agustus kemaren : “Planning yang Harus Diteruskan”. Disitu gue sangat introspeksi tentang perjalanan setiap episode kejadian dalam hidup gue selama dua tahun terakhir. Dari introspeksi tersebut gue menyadari bahwa semuanya serba terencana, serba ada yang mengatur, jika benar-benar gue renungkan secara mendalam. Bahwa setiap episode dalam hidup gue akan berhubungan dengan episode hidup gue hari ini, dan episode hari ini akan berhubungan dengan episode hidup gue selanjutnya. Begitu kira-kira. Kalo kata K.H. Yusuf Mansur tuh, hukum sabab musabab (sebab-akibat) pasti akan berlaku.

Gini deh mungkin simpelnya, kalo lo mau tau masa depan lo lihat aja masa sekarang lo. Jadi kalo sekarang hidup lo kurang dimaknai, kurang bersyukur, malas-malasan, maka pun masa depan sudah lo ketahui, yaitu : pengangguran, penyakitan, penuh dengan mengeluh!

Tetapi coba kalo lo berlaku sebaliknya. Hari ini, lo mulai bersyukur, mulai rajin, mulai banyak belajar. Yakin, yakin pasti, lo akan jadi orang yang berguna, sukses, berhasil dengan apa yang lo inginkan.

Maap kalo jadi kemana-mana. Let’s focus!

Alkisah Mamah gue punya Kakak perempuan, sekarang anaknya empat. Pasti kan kebutuhannya banyak banget tuh. Dan ditengah-tengah kebutuhan yang banyak tersebut, suaminya Kakak Mamah gue itu, kerjaannya itu-itu aja, dengan penghasilan yang segitu-gitu juga. Teori ekonominya : Pengeluaran > (baca: lebih besar dari) Pemasukan. Jadinya kesejahteraan menurun, kualitas kehidupan jadi rendah.

Alhamdulillah rumah mereka rendengan (nyambung) dengan rumah Mamah gue. Akibatnya, Mamah jadi ikut-ikutan membantu mereka. Kalo kata Mamah sih “ada rezeki mereka dari setiap rezeki Mamah!”.

Yang menjadi perenungan gue dalam tulisan ini, adalah kejadi kemaren. Rabu, 12 September 2012.

Kakak Mamah gue ini sakit, udah dari hari Senin, tapi baru kemaren sore minta dibawa ke Puskesmas. Gue pun mengantarkannya. Ternyata di Puskesmas, beliau ditolak, dirujuk agar dibawa ke Rumah Sakit Umum.

Tau sendiri kalo udah bicara Rumah Sakit yang pertama dipikirin adalah biayanya. Sudah barang tentu yang akan dimintai bantuannya adalah Mamah gue, karena Mamah gue adiknya yang terdekat dan dianggap mampu.

Keluarga, sodara-sodara Mamah pun berunding untuk membawa Kakaknya ini ke Rumah Sakit Umum. Dari situ gue melihat, walaupun Mamah gue bukan anak pertama, bukan laki-laki pula (walopun diatasnya masih ada kakaknya yang laki-laki) beliau selalu menjadi tumpuan sebagian sodara-sodaranya. Mamah gue selalu ikhlas dalam membantu. Dan itulah yang selalu beliau tanamkan dalam diri gue secara tidak langsung.

Akhirnya Mamah gue yang mengurus ke Rumah Sakit. Disela-sela bicara Mamah berpesan ke gue :

“Gris, lihat. Mamah yang selalu jadi tumpuan sodara-sodara Mamah.”

Jleb.

Walaupun Cuma satu baris kalimat, itu telah cukup menyadarkan gue, kalo sebenarnya di pundak Mamah gue bukan Cuma gue tanggungannya (walaupun gue anaknya satu-satunya). Di pundak Mamah, masih banyak sodara-sodaranya yang masih harus dibantunya.

Gue langsung menarik pengalaman-pengalaman durhaka gue kepada Mamah.

Dulu, sewaktu gue SMA, sering gue meminta dibelikan hal-hal yang tidak perlu atau mengkorupsi uang beli buku untuk maen-maen. Dulu, sewaktu lulus SMA, gue minta dikuliahkan di Universitas, apa gitu yang butuh biaya mahal. Gak usah kerja dulu, kuliah dulu aja. Tetapi Mamah, kadang menolak kemauan gue. Sering gue berpikir, Mamah pasti mampu memenuhi kebutuhan gue, memenuhi apa yang gue minta. Tapi kenapa Mamah selalu menolaknya atau menundanya.

Satu baris kalimat dari Mamah tadi, dalam moment suasana emergency seperti ini. Menjadi sebuah bahan perenungan buat gue, tentang perjalanan hidup gue bersama Mamah gue. Bahwasanya kata-kata orang tua itu (terutama Ibu) bak mutiara yang tersembunyi di dasar laut. Yang kita harus menyadari dalam satu suasana perenungan secara mendalam.

Sampai sini gue sadar setiap maksud tujuan Mamah buat gue. Betapa saktinya setiap ucapan Mamah. Contohnya dua tahun lalu, yang sekarang mulai terasa hikmahnya : Mamah menyuruh gue untuk bekerja sambil kuliah, yang bahkan dulu belum pernah gue pikirkan. Ternyata sampai detik ini, sudah banyak pelajaran yang gue ambil dari keputusan Mamah tersebut. Jika saja gue tidak menuruti kata-kata Mamah, barangkali gue belum belajar tentang bagaimana beratnya kehidupan ini. Barangkali gue belum menyadari kalo mencari uang itu tidaklah gampang. Barangkali gue belom tau, kalo kebutuhan rumah tangga itu sangat banyak sekali. Kalo di rumah itu, harus : bayar listrik, beli aer gallon, beli gas, beli kebutuhan dapur, dan kebutuhan lainnya yang mungkin saja kalo sekarang gue gak bekerja, gue belom sadar sampai disitu.

Yah, mungkin ini perenungan yang sepele memang. Tapi buat gue, gak ada hal yang disepelekan. Semuanya sudah diatur Tuhan, Allah Yang Maha Kuasa.

Maap lagi kalo kemana-mana.

Balik ke cerita kakak Mamah gue tadi.

Ba’da Maghrib, kami berangkat menggunakan mobil ambulan tetangga kami yang berprofesi sebagai Mantri menuju Rumah Sakit Umum. Semua berjalan lancar. Sampai disana kami langsung mendaftar untuk rawat inap.

Sampai sini gue udah dapet pelajaran lagi bahwasanya : kesehatan itu, uh, mahal bener dah! Jangan lagi deh disia-siakan itu yang namanya kesehatan. Anugerah yang luar biasa deh kesehatan itu.

Setelah kakak Mamah itu masuk ke ruangan, diinfus dan dikasih oksigen, kami semua sudah mulai tenang. Kami pun berkumpul diselasar rumah sakit, membicarakan apa penyakitnya itu.. lantas, menurut anggapan Pak Mantri, tetangga yang nganterin kami itu, “Kakak Mamah ini sudah parah penyakitnya” Katanya. “penyakit itu, kalo sudah membengkak di dalam tubuh, ya sudah menyebar kemana-mana. Bisa menjadi komplikasi” kata Pak Mantri melanjutkan. “ dan Kayaknya ini kecolongan, belum kontrol atau belum minum obat lagi”.

DEG.

Kami semua kaget. Mudah-mudahan apa yang Pak Mantri bicarakan tidak benar adanya. Walaupun bagaimana pun (karena kami ini Muslim) kami percaya, Allah Maha Melihat dan Maha Menyembuhkan. Hanya atas Izin Allah penyakit seseorang bisa dihilangkan. Dan kami berdoa semoga Allah mengizinkan itu. Amin.

Kakak Mamah dirawat ditemani oleh anak dan suaminya. Tulisan ini dibuat tadi pagi, selepas gue ngaji bersama K.H. Yusuf Mansur di Wisata Hati ANTV.

Bukan berarti gue mengeluhkan, mengiba, atau curhat semata. Tapi disini gue kepengen mengajak kawan-kawan, untuk sedikit menyadari, bahwasanya tidak ada secuil pun kejadian tanpa izin Allah, Tuhan yang Maha Esa. Semua runtutan kejadian dalam hidup ini, akan sangat beruntun, sambung menyambung sehingga kita tahu bahwa sesungguhnya Allah dekat dengan kita. Mengatur dan Melihat setiap apa yang kita lakukan, sehingga menjadi pertimbangan bagi-Nya untuk menentukan derajat kita di hadapan-Nya..

Semoga Allah SWT mengampuni dosa kita semua.. amiin.

Mohon doanya ya, agar supaya Kakak Mamah gue cepet sembuh.. entah dari doanya siapa yang akan dikabulkan. Sekali lagi gue mohon doanya yaaa…..



FYI, maap gue orangnya emang eling-elingan.. kadang pengen cerita tentang sekolah, tentang kuliah, tentang teman lama, tentang masa SMA dulu.. kadang juga seperti sekarang nih, cerita yang agak merenung mellow.. yah namanya juga manusia, anak muda yang masih labil lagi.. bukan berarti so alim juga.. tetapi, satu hal yang selalu gue tanamkan dalam diri gue, bahwa gue harus terus berusaha menjadi orang yang lebih baik..

Semoga Allah mengampuni dosa kita semua.. amiinn..



2 Komentar:

Rnf mengatakan...

semoga kakaknya mamah kamu cepet sembuh dan selalu dalam lindungan ALLAH :)

pengalaman kamu selalu membuat saya terkesan. Keep writing ching ^^

Fitri Al Tigris mengatakan...

Amiin..
Terima Kasih Kakak Rospita Nur Fazriah :)

Posting Komentar

Jadi bagaimana menurutmu tentang Mimpiku?

THANKS FOR COMING
SELAMAT BERMIMPI
Fitri Al Tigris. Diberdayakan oleh Blogger.