Pages

Kamis, 03 Mei 2012

Sebuah kepantasan..



hallooww.. 
Selamat memasuki bulan Mei..
Selamat Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional..
Semoga, semuanya baik-baik sayang..
lho?

lanjut.

Hallow kawan, apa kabar kalian?
Apah? Kalian sedang mengeluh. Hei, apa yang harus kalian keluhkan, nikmat dari Tuhan yang mana yang masih harus kalian keluhkan. Tabahlah, bersabarlah, hadapi saja, tak usah banyak mengeluh. Tuhan itu dekat bersama kita. Mana mungkin Tuhan yang Maha Tahu, memberikan ujian melebihi kemampuan kita. Sering khan kalian mendengarnya. Tuhan pun akan selalu membantu kita, kau harus percaya itu.


Kawan.

Hari ini, di sekolah, kedatangan para pengawas pendidikan dari Kecamatan. Tidak tanggung-tanggung, semua personilnya berkumpul. Tujuannya, silaturahmi sekaligus menilai pekerjaan para Pegawai Negeri di sekolah kami. Ditengah-tengah rapat, saya memikirkan sesuatu hal. Makanya, saya langsung tulis di sini..

Saya tidak akan menceritakan apa yang terjadi ketika mereka datang. Tetapi, dari kehadiran mereka, secara tidak langsung saya mendapat semacam pengetahuan baru, yaitu tentang sebuah ‘kepantasan’.

Sering sekali -sebagai seorang yang masih muda- kita mengingkan sebuah kesuksesan pencapaian secara instan. Jarang sekali kita memikirkan sebuah proses untuk mencapainya. Kita selalu melihat seorang artis tampil dengan wahh, kita ingin seperti mereka, tanpa memikirkan apa yang mereka siapkan dan bagaimana melaluinya. Maka yang terjadi, kita mencontoh mereka dengan predikat nilai ‘norak’ abis.

Kita, melihat seorang pengusaha dengan pakaian rapih, turun dari BMW, banyak uang, kekayaan melimpah. Kita ingin seperti mereka. Tapi kita tidak mengikuti bagaimana perjalanan mereka untuk mencapai itu semua. Maka, kita selalu merasa kesuksesan itu instan. Itu salah besar.

Juga ketika kita melihat penulis berdiri ketika acara launching bukunya yang langsung mendapat bestseller. Kita selalu menginginkan menjadi seperti itu, tapi sekali lagi, kita tidak melihat bagaimana penulis bestseller itu menulis buku secara perlahan menghabiskan hari-harinya selama dua tahun. Itulah sebuah proses. Kita harus menyadarinya.

Setelah saya menyadari. Ternyata esensi dari proses itu adalah sebuah ‘kepantasan’.

Kawan.

Pantaskan diri kalian untuk mencapai apa yang kalian impikan. Pantaskan diri kalian, untuk sesuatu yang kalian dambakan. Pantaskan, pantaskan diri kalian. Jadilah kualitas dari mimpi kalian. Jadilah. Percaya, Tuhan Maha Melihat dan Maha Bijaksana.

Untuk mendapatkan apa yang kalian impikan, ikuti prosesnya. Jangan mengeluh, terus mencoba. Selesaikan apa yang kalian telah mulai. Dapatkan apa yang kalian idamkan. Jadilah seseorang yang profesional, lipatgandakan kualitas diri, setiap waktu. Setelah itu, pantaskan diri kalian untuk mimpi indah itu. Tuhan dari tempatnya yang indah, akan selalu melihat dan menilai proses kualitas diri kita. setelah kita pantas, Tuhan dengan segala Kuasa-Nya, hanya butuh beberapa saat waktu, pasti, akan memperlilhatkan mimpi kita segera.

Kadang, saya selalu mengeluh, kenapa saya seperti ini. Tapi, saya selalu berpikir, saat ini mungkin inilah kepantasan untuk saya, menjadi seperti ini. Jika nanti, saya melipatgandakan kualitas diri saya, tentunya Tuhan tidak akan tinggal diam. Tuhan pasti akan memantaskan saya untuk hal baru, untuk mewujudkan mimpi saya.

Oh, betapa selama ini saya terlalu angkuh.

Yah, manusia memang selalu angkuh. Menginginkan sesuatu tanpa menilai dirinya pantas atau tidak. Tak usahlah repot-repot, saya sudah bilang, ikuti prosesnya, lakukan terbaik, tingkatkan kualitas, pantaskan diri, maka tidak ada yang tidak mungkin. Hanya itu..

Apa yang kita lihat belum tentu sama dengan apa yang Tuhan Lihat. Bolehlah kita menilai dari mata seorang manusia. Tapi jika dilihat dari mata Tuhan, tidaklah ada apa-apanya kita ini. Tuhan Maha Tahu, ingat.

Sering, para pegawai menilai ‘ko, orang kaya gitu, bisa jadi Bos?’, hei, itu menurutmu. Ada yang lebih tahu, kenapa dia bisa jadi Bos.

Ada banyak hal yang tidak kita ketahui, jadi jangan so tahu.

Tak usahlah menilai orang lain tanpa sepengetahuan yang jelas. Buanglah, buang semua kecurigaan dan pikiran negatif kita akan seseorang. Bisa-bisa nanti kita malah memfitnah lagi.

Bijaksana itu, menurut saya, melihat kejelekan seseorang dengan mengutamakan kebaikan orang tersebut. Jadi, jangan seenak udel menyatakan orang itu salah, tapi lihatlah kebaikannya dulu. Objektif dong, adil dong. Bijaksana dan adil, sedikit bersaudaralah.

Kata seorang Tutor di tempat kuliah saya, ‘seseorang dari sisi manapun, akan ada satu hal yang menarik darinya’. Yah, dari setiap orang itu akan selalu ada dua sisi. So, kita harus bisa melihat keduanya dengan kejernihan hati kita.

Sekali lagi saya ingin katakan pada diri saya.
Pantaskan diri, untuk sebuah mimpi, yakin pasti, kita akan berdiri, tersenyum sendiri, mendapatkan hasil dari kejernihan hati. Insya Allah..



Oya, kenapa ya, akhir-akhir ini saya merasa mulai nyambung dengan pekerjaan dan kuliah saya. Rasa-rasanya, saya cocok aja menekuni pekerjaan ini. Mungkin, perintah Mamah saya dua tahun lalu untuk memutuskan saya bekerja sambil kuliah mulai terjawab..

By-by

0 Komentar:

Posting Komentar

Jadi bagaimana menurutmu tentang Mimpiku?

THANKS FOR COMING
SELAMAT BERMIMPI
Fitri Al Tigris. Diberdayakan oleh Blogger.