hallooww..
Selamat memasuki bulan Mei..
Selamat Hari Buruh dan Hari Pendidikan Nasional..
Semoga, semuanya baik-baik sayang..
lho?
lanjut.
Hallow
kawan, apa kabar kalian?
Apah?
Kalian sedang mengeluh. Hei, apa yang harus kalian keluhkan, nikmat dari Tuhan
yang mana yang masih harus kalian keluhkan. Tabahlah, bersabarlah, hadapi saja,
tak usah banyak mengeluh. Tuhan itu dekat bersama kita. Mana mungkin Tuhan yang
Maha Tahu, memberikan ujian melebihi kemampuan kita. Sering khan kalian
mendengarnya. Tuhan pun akan selalu membantu kita, kau harus percaya itu.
Kawan.
Hari
ini, di sekolah, kedatangan para pengawas pendidikan dari Kecamatan. Tidak
tanggung-tanggung, semua personilnya berkumpul. Tujuannya, silaturahmi
sekaligus menilai pekerjaan para Pegawai Negeri di sekolah kami. Ditengah-tengah
rapat, saya memikirkan sesuatu hal. Makanya, saya langsung tulis di sini..
Saya
tidak akan menceritakan apa yang terjadi ketika mereka datang. Tetapi, dari
kehadiran mereka, secara tidak langsung saya mendapat semacam pengetahuan baru,
yaitu tentang sebuah ‘kepantasan’.
Sering
sekali -sebagai seorang yang masih muda- kita mengingkan sebuah kesuksesan
pencapaian secara instan. Jarang sekali kita memikirkan sebuah proses untuk
mencapainya. Kita selalu melihat seorang artis tampil dengan wahh, kita ingin
seperti mereka, tanpa memikirkan apa yang mereka siapkan dan bagaimana
melaluinya. Maka yang terjadi, kita mencontoh mereka dengan predikat nilai
‘norak’ abis.
Kita,
melihat seorang pengusaha dengan pakaian rapih, turun dari BMW, banyak uang,
kekayaan melimpah. Kita ingin seperti mereka. Tapi kita tidak mengikuti
bagaimana perjalanan mereka untuk mencapai itu semua. Maka, kita selalu merasa
kesuksesan itu instan. Itu salah besar.
Juga
ketika kita melihat penulis berdiri ketika acara launching bukunya yang
langsung mendapat bestseller. Kita selalu menginginkan menjadi seperti itu,
tapi sekali lagi, kita tidak melihat bagaimana penulis bestseller itu menulis
buku secara perlahan menghabiskan hari-harinya selama dua tahun. Itulah sebuah
proses. Kita harus menyadarinya.
Setelah
saya menyadari. Ternyata esensi dari proses itu adalah sebuah ‘kepantasan’.
Kawan.
Pantaskan
diri kalian untuk mencapai apa yang kalian impikan. Pantaskan diri kalian,
untuk sesuatu yang kalian dambakan. Pantaskan, pantaskan diri kalian. Jadilah
kualitas dari mimpi kalian. Jadilah. Percaya, Tuhan Maha Melihat dan Maha
Bijaksana.
Untuk
mendapatkan apa yang kalian impikan, ikuti prosesnya. Jangan mengeluh, terus
mencoba. Selesaikan apa yang kalian telah mulai. Dapatkan apa yang kalian
idamkan. Jadilah seseorang yang profesional, lipatgandakan kualitas diri,
setiap waktu. Setelah itu, pantaskan diri kalian untuk mimpi indah itu. Tuhan
dari tempatnya yang indah, akan selalu melihat dan menilai proses kualitas diri
kita. setelah kita pantas, Tuhan dengan segala Kuasa-Nya, hanya butuh beberapa
saat waktu, pasti, akan memperlilhatkan mimpi kita segera.
Kadang,
saya selalu mengeluh, kenapa saya seperti ini. Tapi, saya selalu berpikir, saat
ini mungkin inilah kepantasan untuk saya, menjadi seperti ini. Jika nanti, saya
melipatgandakan kualitas diri saya, tentunya Tuhan tidak akan tinggal diam.
Tuhan pasti akan memantaskan saya untuk hal baru, untuk mewujudkan mimpi saya.
Oh,
betapa selama ini saya terlalu angkuh.
Yah,
manusia memang selalu angkuh. Menginginkan sesuatu tanpa menilai dirinya pantas
atau tidak. Tak usahlah repot-repot, saya sudah bilang, ikuti prosesnya,
lakukan terbaik, tingkatkan kualitas, pantaskan diri, maka tidak ada yang tidak
mungkin. Hanya itu..
Apa
yang kita lihat belum tentu sama dengan apa yang Tuhan Lihat. Bolehlah kita
menilai dari mata seorang manusia. Tapi jika dilihat dari mata Tuhan, tidaklah
ada apa-apanya kita ini. Tuhan Maha Tahu, ingat.
Sering,
para pegawai menilai ‘ko, orang kaya gitu, bisa jadi Bos?’, hei, itu menurutmu.
Ada yang lebih tahu, kenapa dia bisa jadi Bos.
Ada
banyak hal yang tidak kita ketahui, jadi jangan so tahu.
Tak
usahlah menilai orang lain tanpa sepengetahuan yang jelas. Buanglah, buang semua
kecurigaan dan pikiran negatif kita akan seseorang. Bisa-bisa nanti kita malah
memfitnah lagi.
Bijaksana
itu, menurut saya, melihat kejelekan seseorang dengan mengutamakan kebaikan
orang tersebut. Jadi, jangan seenak udel menyatakan orang itu salah, tapi lihatlah
kebaikannya dulu. Objektif dong, adil dong. Bijaksana dan adil, sedikit
bersaudaralah.
Kata
seorang Tutor di tempat kuliah saya, ‘seseorang dari sisi manapun, akan ada
satu hal yang menarik darinya’. Yah, dari setiap orang itu akan selalu ada dua
sisi. So, kita harus bisa melihat keduanya dengan kejernihan hati kita.
Sekali
lagi saya ingin katakan pada diri saya.
Pantaskan
diri, untuk sebuah mimpi, yakin pasti, kita akan berdiri, tersenyum sendiri,
mendapatkan hasil dari kejernihan hati. Insya Allah..
Oya,
kenapa ya, akhir-akhir ini saya merasa mulai nyambung dengan pekerjaan dan
kuliah saya. Rasa-rasanya, saya cocok aja menekuni pekerjaan ini. Mungkin,
perintah Mamah saya dua tahun lalu untuk memutuskan saya bekerja sambil kuliah
mulai terjawab..
By-by
0 Komentar:
Posting Komentar
Jadi bagaimana menurutmu tentang Mimpiku?