Kalo ketemu temen yang udah lama gak
ketemu, pasti selalu ada aja cerita baru yang bisa dibagi. Entah itu pengalaman
masa lalu, atau pun tentang kesibukan yang lagi dijalanin.
Seperti waktu hari Jum’at kemaren.
Sehabis shalat Jum’at, secara gak sengaja saya ketemu temen maen waktu kecil.
Namanya Dwi Siswanto. Dari dulu dia selalu terinspirasi oleh Vokalis Peterpan,
Ariel. Sampai sekarang gayanya Ariel masih selalu dia tiru. Tenang, Cuma
gayanya kok, gak sampe kelakuannya.
Kami berdua saling menceritakan
kehidupan masing-masing. Ngobrol dari timur ke barat sampai selatan ke utara.
Sejak lulus dari SMAN 1 Tenjo tiga
tahun yang lalu, Dwi Siswanto hijrah ke Sukabumi untuk kuliah D.1 Pertanian.
Setelah itu, dia bekerja di sebuah yayasan konsultan pertanian. Kerjanya Cuma
jalan-jalan buat penyuluhan pertanian. Makanya, dari tadi ketemu dia menguasai
obrolan tentang pertanian. Yang terjadi, saya sebagai seorang yang buta
pertanian, bingung mampus. Pestisida, bakteri, hibrida, pupuk, bahan kimia dan
segala macamnya dia jelasin secara runtut di depan muka saya yang polos. Secara
umum saya (pura-pura) ngerti.
Saya githu lho, selalu bisa
(pura-pura) ngerti.
Yang bikin saya kagum, dua tahun
ini, dia udah keliling ke beberapa daerah di Indonesia. Baru dua minggu lalu
dia baru pulang dari Makassar, setelah sebelumnya dia melakukan konsultasi
pertanian di: Bogor, Solo, Jakarta, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dll.
Menurut saya itu keren. Cuma dengan
bisa menjadi konsultan pertanian, dia bisa keliling Indonesia. Membantu
masyarakat untuk bertani secara modern, dengan mengubah paradigma yang salah
dalam pertanian.
Lantas, bagaimanakah cara bertani
yang benar?
Jangan tanya ke saya, buka ahlinya.
Kawan.. (mulai deh lebay)
‘banyak orang yang panjang
pengalamannya tapi tak kunjung belajar, namun tak jarang pengalaman yang pendek
mencerahkan sepanjang hidup’. Saya kutip
dari bukunya kak Andrea Hirata yang berjudul Edensor. Nah, teman saya ini,
baru punya pengalaman satu tahun kuliah pertanian, sudah bisa menebarkan
ilmunya ke berbagai daerah di Indonesia, membantu para petani yang lain. Keren
bukan buatan.
Selain dari pada itu, saya pun
mengunjungi rumahnya. Saya hampir kurang percaya, kalo lahan yang dulu –waktu
saya masih kecil dan suka kencing di situ- masih berupa alang-alang, sekarang
sudah menjadi kebun yang, keren.
Yah, teman saya ini, menggarap lahan
disamping rumahnya, milik orang Jakarta, yang selama ini diacuhkan masyarakat
Tenjo, menjadi sebuah kebun yang terdiri dari, pohon: melon, cabai, kacang
panjang, bawang, tomat dll. Berjalan sedikit ke belakang kebun ini, terdapat
tiga petak sawah, yang tenyata juga telah ia garap sendiri.
Agak kurang matching ya, usia muda,
yang katanya bergaya mirip Ariel, harusnya cool nongkrong di emoll, eh ini dengan
senang hati menjadi petani dan mencerdaskan kehidupan para petani. Sebuah
langkah yang: keren.
Lah saya? Menanam cabai pun malah
jadi pedas buahnya.
Sekedar iseng, saya coba menghasut
dia.
‘Dwi’. Kata saya kalem. ‘gimana kalo
hari minggu kita nongkrong ke Pamulang Square?’
Dia menarik nafas. ‘hmm.. kagak bisa
Gis, habisnya melon gue udah berbunga’ jawab dia sambil motongin daun melon
yang layu. ‘punya pohon melon itu, sama kaya punya bayi tahu Gris, perlu
dirawat’
Owh, dia ternyata udah serius untuk
menjadi petani. Bukti lainnya, dia bilang kalo dia udah ditawarin buat
penyuluhan di Helsinki – Finlandia. Gileeeee... Eropa men, Eropa.. tapi pas
saya tanya mau diambil atau enggak, eh dia malah bilang:
‘nggak ah, mendingan memajukan
daerah sendiri dulu. Nanti juga gue bisa ke Eropa dengan ONGKOS GUE SENDIRI’
Bujubuneng..
Satu hal yang saya lupa, dia sama
kaya saya, BELOM BISA BAHASA INGGRIS.
Pas saya mau pulang dari rumah Dwi.
Dia bilang ke saya, kalo dia pengen kuliah lagi tapi sambil kerja -bertani-.
Dia kepengen apa yang udah dia dapat dan coba dalam bidang pertanian, dapat ia
bagi ke petani sekitar agar supaya bersama-sama mendapatkan hasil panen yang
melimpah dan berkualitas.
Hari ini, saya kembali menemukan
sahabat yang selalu bisa memberi inspirasi untuk hidup yang lebih baik.
Barangkali pertemuan ini telah Tuhan
siapkan untuk bilang ke saya:
Tigris, lihatlah kawanmu ini, dia
sudah bisa berkeliling daerah, berbagi ilmu, namun tetap merindukan rumah
keluarganya. Nah, kenapa Tigris masih suka begadang dan tidur siang?
By-by
0 Komentar:
Posting Komentar
Jadi bagaimana menurutmu tentang Mimpiku?